Search

Wednesday, September 23, 2009

Hyogo Declaration in Bahasa


Natural Disaster like earthquake, tsunami, cyclone and many other have weakened the results of all investments that were put into continuous development and poverty reduction of many countries. Indonesia, Thailand, India, Bangladesh, Myanmar, among other countries, suffer huge impact from earthquake and tsunami. Likewise for other disasters that hit several countries in the same region. It is therefore a crucial challenge to international community in coordinating development strategies to  resolve and reduce the impact of such disaster to development progress and results.

Delegations of World Conference on Disaster Reduction in Hyogo that was held from January 18-25, 2005 declared their common statement in response to the Special Leaders' Meeting of the Association of South-East Asian Nations on the Aftermath of Earthquake and Tsunami. The common statement was then known as Common Statement of the Special Session on Indian Ocean Disaster: Risk Reduction for a Safer Future.

They declared their statement in order to reduce lost of lives, social and economic assets, as well as environmental damage, by considering the importance of international cooperation, solidarity and partnership, and good good governance at all levels. United Nations plays important role to facilitate this coordination and cooperation amongst nations.

Below is the translation of Hyogo Declaration in Bahasa Indonesia.

You may please click here to download or scroll down to read.

DEKLARASI HYOGO


Kami para delegasi dalam Konferensi Sedunia tentang Pengurangan risiko Bencana (WorldConference on Disaster Reduction) telah berkumpul dari tanggal 18 hingga 21 Januari 2005 diKota Kobe, Hyogo Perfecture, Jepang, yang menunjukkan kepulihannya yang luar biasa dari gempa bumi besar yang disebut Great Hanshin-Awaji Earthquake tanggal 17 Januari 1995.

Kami menyatakan duka dan simpati kami yang sedalam-dalamnya dan merasakan solidaritas terhadap penduduk dan komunitas yang terkena dampak bencana yang sangat merugikan, terutama mereka yang diluluhlantakkan oleh bencana gempa bumi dan tsunami yang tak terduga di Samudra Hindia pada tanggal 26 Desember 2004.

Kami memuji upaya-upaya yang dilakukan oleh para penduduk dan komunitas tersebut, oleh pemerintahan negara mereka dan masyarakat internasional dalam merespon dan mengatasi tragedi tersebut. Menindaklanjuti Pertemuan Para Pemimpin Khusus ASEAN setelah Gempa Bumi dan Tsunami (Special Leaders’ Meeting of the Association of South-East Asian Nations on the Aftermath of Earthquake and Tsunami) yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 6 Januari 2005, kami menyatakan komitmen kami untuk membantu mereka, termasuk dalam kaitannya dengan tindakan-tindakan yang sepatutnya yang terkait dengan pengurangan risiko bencana.

Kami juga percaya bahwa pelajaran yang dipetik dari bencana ini relevan bagi wilayah-wilayah lain. Dalam hal ini, sebuah sesi khusus tentang bencana gempa bumi dan tsunami yang baru lalu, yang dilaksanakan dalam World Conference untuk mengkaji bencana tersebut dari sebuah perspektif pengurangan risiko bencana, menghasilkan Pernyataan Bersama Sesi Khusus tentang Bencana di Lautan India: Pengurangan Risiko bagi Masa Mendatang yang Lebih Aman (Common Statement of the Special Session on Indian Ocean Disaster: Risk Reduction for a Safer Future)

Kami mengakui bahwa masyarakat internasional telah mempunyai banyak pengalaman dalam pengurangan risiko bencana melalui Dekade Internasional bagi Pengurangan risiko Bencana Alam (International Decade for Natural Disaster Reduction) serta diikuti oleh Strategi Internasional tentang Pengurangan risiko Bencana (International Strategy for Disaster Reduction). Pada khususnya, dengan mengambil tindakan-tindakan konkret yang sejalan dengan Strategi dan Rencana Aksi Yokohama menuju Dunia yang Lebih Aman (Yokohama Strategy and Plan of Action for a Safer World), kami telah banyak belajar, termasuk tentang kesenjangan-kesenjangan dan tantangan-tantangan sejak Konferensi Yokohama tahun 1994.

Namun demikian, kami sangat prihatin bahwa masyarakat terus mengalami banyak sekali kehilangan nyawa dan harta benda yang tak ternilai serta mengalami luka-luka berat dan pengungsian besar-besaran karena berbagai bencana di seluruh dunia.

Kami yakin bahwa bencana telah sangat melemahkan hasil-hasil investasi pembangunan dalam jangka waktu yang sangat pendek dan oleh karena itu menjadi suatu hambatan yang besar dalam pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan. Kami juga melihat bahwa investasi pembangunan yang tidak bisa mempertimbangkan risiko bencana secara sepatutnya dapat meningkatkan kerentanan.

Oleh karena itu, menghadapi dan meredam bencana sehingga dapat memampukan dan memperkuat pembangunan bangsa yang berkelanjutan merupakan salah satu tantangan yang paling penting yang dihadapi oleh masyarakat internasional.

Kami berketetapan untuk meredam hilangnya nyawa dan aset-aset sosial, ekonomi dan lingkungan di seluruh dunia karena bencana, dengan mempertimbangkan pentingnya kerja sama internasional, solidaritas dan kemitraan, serta tata kelola yang baik di semua tingkat. Kami menegaskan kembali peran vital sistem PBB dalam pengurangan risiko bencana.

Oleh karena itu, dengan ini kami menyatakan sebagai berikut:

1. Kami akan mendasarkan pada komitmen dan kerangka kerja internasional yang relevan serta sasaran-sasaran pembangunan yang disepakati secara internasional, termasuk kesepakatan yang terkandung dalam Deklarasi Milenium, untuk memperkuat aktivitas-aktivitas pengurangan risiko bencana seluruh dunia di abad dua puluh satu.

Bencana telah memberikan dampak yang sangat merugikan bagi upaya-upaya di segala tingkat dalam mengentaskan kemiskinan dunia; dampak bencana terus menjadi suatu tantangan yang penting bagi pembangunan berkelanjutan.

2. Kami mengakui antara lain keterkaitan intrinsik antara pengurangan risiko bencana, pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan, serta pentingnya melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, lembaga-lembaga internasional dan regional dan lembaga-lembaga keuangan, masyarakat sipil, termasuk lembaga-lembaga nonpemerintah dan tenaga sukarela, sektor swasta dan masyarakat ilmiah.

Oleh karena itu kami menyambut baik semua aktivitas-aktivitas yang relevan yang telah dilakukan dan sumbangan yang telah diberikan selama Konferensi dan proses penyiapannya.

3. Kami juga mengakui bahwa sebuah budaya pencegahan dan ketahanan terhadap bencana, serta strategi-strategi pra-bencana yang terkait, yang merupakan investasi yang besar, harus digalakkan di berbagai tingkat, mulai dari tingkat individu hingga tingkat internasional.

Masyarakat manusia harus menghadapi risiko bencana yang diberikan oleh alam. Namun demikian, kita bukannya tidak mempunyai kekuatan untuk bersiap menghadapi dan melakukan mitigasi dampak bencana. Kita bisa dan harus mengentaskan penderitaan yang diakibatkan oleh bahaya dengan meredam kerentanan masyarakat.

Kita bisa dan harus lebih jauh lagi membangun ketahanan bangsa dan masyarakat terhadap bencana melalui sistem peringatan dini yang berbasis masyarakat, pengkajian risiko, pendidikan, serta pendekatan-pendekatan dan aktivitas-aktitas lain yang proaktif, terpadu, mencakup berbagai bahaya dan berbagai sektor dalam konteks siklus pengurangan risiko bencana, yang terdiri dari pencegahan, kesiapsiagaan, dan tanggap darurat serta pemulihan dan rehabilitasi.

Risiko bencana, bahaya dan dampaknya menimbulkan ancaman, namun respon yang tepat dapat dan akan menghasilkan aksi-aksi untuk meredam risiko dan kerentanan di masa mendatang.

4. Kami menegaskan bahwa Negara-Negara memikul tanggung jawab utama untuk melindungi masyarakat dan harta benda di teritori mereka dari bahaya dan oleh karena itu penting untuk memberikan prioritas yang tinggi terhadap pengurangan risiko bencana dalam kebijakan nasional yang sesuai dengan kapasitas mereka serta sumberdaya yang tersedia.

Kami sepakat bahwa pada khususnya perlu untuk memperkuat kapasitas pada tingkat komunitas untuk meredam risiko bencana pada tingkat lokal, mengingat tindakan-tindakan pengurangan risiko bencana yang tepat pada tingkat tersebut akan memampukan komunitas dan individu untuk meredam kerentanan mereka terhadap bahaya secara bermakna.

Bencana tetap menjadi suatu ancaman utama bagi kebertahanan hidup, martabat, penghidupan dan keamanan penduduk dan komunitas, terutama kaum miskin. Oleh karena itu ada kebutuhan mendesak untuk khususnya meningkatkan kapasitas negara-negara berkembang yang rentan terhadap bencana, serta negara-negara terbelakang dan Negara kepulauan kecil yang berkembang, untuk meredam dampak bencana melalui upaya-upaya nasional yang diperkuat dan peningkatan kerja sama bilateral, regional dan internasional, termasuk melalui bantuan teknis dan pendanaan.

5. Oleh karena itu kami mengadopsi Kerangka Kerja Aksi Hyogo 2005-2015: Membangun Ketahanan Negara dan Komunitas terhadap Bencana (Hyogo Framework for Action 2005-2015: Building the Resilience of Nations and Communities to Disasters) berikut hasil yang diharapkan, sasaran strategis, dan prioritas aksi, serta strategi pelaksanaan dan tindak lanjut yang terkait, sebagai suatu kerangka kerja panduan untuk pengurangan risiko dalam dekade ke depan.

6. Kami percaya bahwa sangat penting Hyogo Framework for Action 2005-2015 diwujudkan dalam tindakan-tindakan konkret di berbagai tingkat dan bahwa pencapaian-pencapian ditindaklanjuti melalui Strategi Internasional untuk Pengurangan risiko Bencana (International Strategy for Disaster Reduction) untuk meredam risiko terhadap bencana dan kerentanan. Kami juga mengakui perlunya mengembangkan indikator-indikator untuk melacak kemajuan dalam aktivitas-aktivitas pengurangan risiko bencana untuk situasi-situasi
dan kapasitas-kapasitas tertentu sebagai bagian dari upaya untuk mewujudkan hasil yang diharapkan dan sasaran-sasaran strategis dalam Hyogo Framework for Action 2005.

Kami menekankan pentingnya untuk memperkuat interaksi kooperatif dan sinergis antar berbagai pemangku kepentingan dan untuk menggalakkan kemitraan suka rela bagi pengurangan risiko bencana.

Kami juga berkeputusan untuk lebih jauh mengembangkan mekanisme pertukaran informasi tentang program, inisiatif, praktik-praktik terbaik, pelajaran yang dipetik dan teknologi untuk mendukung pengurangan risiko bencana sehingga komunitas internasional bisa ikut mendapatkan hasil dan manfaat dari upaya ini.

7. Sekarang kami menghimbau agar semua pemangku kepentingan untuk ikut bertindak, meminta kontribusi dari mereka yang mempunyai kompetensi dan pengalaman khusus yang relevan, sadar bahwa mewujudkan hasil dari World Conference tersebut tergantung pada upaya-upaya kita yang kolektif, tanpa henti dan tak kenal lelah serta pada kemauan politik yang kuat, juga sebagai suatu tanggung jawab dan investasi bersama untuk membuat dunia lebih aman dari risiko bencana dalam dekade kedepan demi generasi saat ini dan mendatang.

8. Kami menyampaikan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada Pemerintah dan penduduk Jepang yang telah menjadi tuan rumah untuk Konferensi Sedunia tentang Pengurangan risiko Bencana (World Conference on Disaster Reduction) dan terutama berterima kasih kepada penduduk Hyogo Prefecture atas keramahtamahan mereka.

United Nations Inter-Agency Secretariat of the International Strategy for Disaster Reduction)
UN/ISDR. Untuk informasi lengkap silahkan kunjungi http://www.unisdr.org/wcdr

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.